LAPORAN
TUTORIAL
BLOK
HUMANIORA DAN BIOETIK
Aduh
Dok... tolong saya...
Ketua : Bayu Aji Wicaksono (1313010033)
Sekretaris : Fadhila Putri Palupi (1313010029)
Rosela Alfi Sahara (1313010040)
Anggota : Destry Auliza Herdiyanti (1313010032)
Nur Azizah Hafaz (1313010038)
Riska Siela Setiawan (1313010041)
Almira Meida Resi Fauzia (1313010039)
Abel Oktano Bimantara (1313010035)
Dino Hendarto (1313010036)
Rohedy Kartiko Junianto (1313010034)
Tutor : dr. Rickky Kurniawan
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2013
SKENARIO
Aduh…
Tolong saya Dok…
Seorang
laki-laki usia 26 tahun datang ke tempat praktek sore dokter umum. Dengan wajah
cema dan sedikit uggup, berterik-teriak, menyeringai sambil mengaduh kesakitan,
raut muka pucat, dan meminta dokter memeriksa penyakitnya, laki-laki ini
kesakitan karena kecelakaan lalu lintas. Dokter menanyakan kepada keluarga yang
mengantarnya, membuka pertanyaan terbuka dan berkomunikasi secara efektif
dengan bersambung rasa kepada keluarga pasien serta pasien, dan mencoba berempati
agar pasien ini tenag dan tidak cemas serta emosinya bisa lebih tenang setelah
diperisa.
SEVEN JUMP
Step 1 : Klarifikasi Istilah
1.
Menyeringai
2.
Empati
3.
Raut muka pucat
4.
Dokter umum
5.
Efektif
6.
Sambung rasa
7.
Komunikasi
Klarifikasi Istilah:
1.
Menyeringai
adalah menggerkkan bibir (mulut), muka hingga tampak giginya (menandakan marah,
tidak suka, mengejek) menunjukkan rasa tidak suka.1
2.
Empati adalah
keadan mental yang membuat seseorang merasa atau megidentifiksi dirinya
dikeadaan perasaan atau piiran yang sama dengan orang atau kelompok yang lain.1
3.
Raut muka pucat
tampang muka agak putih, putih mudar.1
4.
Dokter umum
adalah dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu (bukan
spesalis).1
5.
Efektif adalah
ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya).1
6.
Sambung rasa
adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan yang disampaikan
pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan, kontak
batin (antara pihak yang satu dengan pihak yang lain).1
7.
Komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan berita atau pesan antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.1
Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Apa saja macam-macam komunikasi efektif?
2. Bagaimana cara berempati kepada pasien?
3. Bagaimana bahasa tubuh kita seorang dokter saat
menangani pasien dan keluarga?
4. Bagaimana cara berkomunikasi efektif?
5. Dalam sambung rasa apa saja yang harus ditanyakan
kepada pasien?
6. Bagaimana caranya teknik-teknik sambung rasa dan
langkah-langkahnya?
7. Bagaimana mengerti bahasa tubuh pasien?
8. Bagaimana teknik sambung rasa pada keluarga yang biasa
saja?
9. Apa saja gejala-gejala trauma?
Step 3 : Analisis Masalah
1. Komunikasi efektif ada dua macam, yang pertama
berdasarkan pada pertanyaan dokter dan yang kedua berdasarkan pada keluhan-keluhan
yang diutarakan pasien.2
2. Cara berempati kepada pasien:3,4
a. mendengarkan
dengan baik apa yang di keluhkan oleh pasien
b. menunjukkan
raut muka yang tenang ketika pasien merasa khawatir ataupun cemas
c. mnunjukakan
kontak mata yang baik
d. meyakinkan
kepada pasien agar tetap tenang
d. ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh paien, tetapi tidak ,ebuatnya merasa lebih
cemas
3. Seorang dokter harus sabar, ramah, mengharagai pasien
dan tidak boleh main tangan.5,6
4. Cara berkomunikasi efektif antara lain:7,8
a.
Berikan senyum
terbaik anda kepada pasien untuk menyampaikan rasa terbuka kita
b.
Berlaku tenang
dan sabar saat menangani pasien
c.
Kenali bahasa
tubuh dan perasaan pasien
d.
Dengarkan dengan
penuh perhatian semua yang dikatakan pasien
e.
Beri pasien
kontak mata agar memberikan kesan kita dipercaya
f.
Hindari semua
penyimpangan komunikasi dengan kata-kata yang menyinggung pasien
g.
Beri motivasi
karena pasien mungkin ingin mendengarkan beberapa saran dari kita
5. Yang pertama ditanyakan kepada pasien untuk mengawali
sambung rasa adalah apa yang bisa kita (dokter) bantu, lalu menanyakan lebih
detail tentang jawaban yang baru saja dikemukakan pasien dan memberikan
kalimat-kalimat yang bisa menenangkan pasien.2
6. Teknik-teknik dan langkah-langkah awal sambung rasa:9
a.
Mengucapkan salam
(kontak mata, senyum),
b.
Memperkenalkan diri
(nama, jabat tangan, kontak mata),
c.
Mempersilakan duduk
(kontak mata),
d.
Menanyakan identitas
pasien.
7.
Seorang dokter dapat
memahami bahasa tubuh pasien dengan melihat hal-hal yang perlu di perhatikan
berikut, seperti bagian-bagian tubuh
seperti kepala dan wajah serta bagian-bagiannya dan tubuh bagian bawah dan
anggotanya seperti tangan dan kaki, perubahan mimik atau
ekspresi wajahnya, gerakan tangan dan kaki, arah dan posisi tubuh. Contohnya seperti menyeringai
dengan ekspresinya yang menggerakan bir hingga kelihatan giginya.10
8. Lakukan pendekatan dengan pihak keluarga pasien yang
biasa.Dengan berlaku empatik,dokter bisa membina keterbukaan dengan keluarga
pasien.Keluarga pasien diharapkan juga ikut prihatin dan ada sambung rasa
dengan pasien,sehingga dokter termotivasi untuk bertindak optimal dalam
melakukan penyembuhan.Dengan adanya komunikasi,empatik,keterbukaan,serta
sambung rasa,pasien lebih termotivasi terus hidup sehingga akan berdampak positif
terhadap proses kesembuhan pasien.11
9. Gejala-gejala yang akan diderita oleh penderita trauma
diantaranya adalah rasa cemas, mimpi buruk, kekhawatiran yang hebat, rasa takut
yang berlebihan, rasa dihantui dan mudah gelisah.12
Step 4 : Sistematika Masalah (Bagan)
Step 5 : Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam komunikasi
efektif.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara berempati kepada
pasien.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa tubuh kita seorang
dokter saat menangani pasien dan keluarga.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan cara berkomunikasi
efektif.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja yang harus
ditanyakan kepada pasien dalam sambung rasa.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik-teknik sambung rasa
dan langkah-langkahnya.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa tubuh pasien.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik sambung rasa pada
keluarga yang biasa saja.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala-gejala trauma.
Step 6 : Mengumpulkan Informasi dan Belajar Mandiri
Step 7 : Berbagi Informasi
Menurut Kurzt(1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasi yang digunakan:2
a. Disease centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha
menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda
dan gejala-gejala.
b. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi
berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya,
apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
Empati
adalah seseorang menempatkan dirinya secara imajinatif pada posisi orang lain.3
Secara lebib luas, empati juga bisa diartikan sebagai upaya dan kemampuan
untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain
sesuai dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan, perilaku, tanpa
mencampur-baurkan nilai. Menunjukkan empati tidak hanya lewat komunikasi
verbal, namun juga dapat ditampilkan dalam non verbal (seperti: genggaman
tangan, mimik muka simpatik, dsb). Cara menunjukkan empati dapat ditunjukkan
dengan beberapa keterampilan, diantaranya: yang pertama, keterampilan empati. Berempati bukan
hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut kepada pasien, tetapi juga
dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan seperti berikut ini:
mendengarkan aktif, responsif terhadap kebutuhan pasien, responsif terhadap
kepentingan pasien, adanya usaha untuk memberikan pertolongan pada pasien, dan
dimulai dari diri sendiri. Yang kedua, mendengar
aktif. Mendengar aktif bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakuan.
Meskipun demikian, mendengar aktif dapat dipelajari karena pendengar yang baik
dan aktif tidak terlahir begitu saja melainkan dibentuk memlalui proses yang
tidak mudah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efisiensi mendengar rata-rata
pada budaya ini hanya sekitar 25 persen saja, itu artinya walaupun kita
mendengar semua kata yang diucapkan, tetapi sebenarnya kita tidak memproses
semua kata-kata itu.4 Seorang dokter harus mampu mendengar aktif
dengan tujuan untuk mengetahui pemikiran, perasaan, dan keinginan yang ingin
disampaikan oleh pasien. Dalam mendengar aktif, dokter tidak hanya
memperhatikan komunikasi verbal yang disampaikan tapi juga turut mengamati
aspek-aspek non verbal yang mungkin ditunjukan oleh pasien. Manfaat empati diantaranya: menyokong atau
meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual,
menolong pasien untuk menjadi kuat, menolong pasien untuk mandiri, menolong
pasien untuk melihat realitas , menolong pasien untuk mendapatkan kepastian
bahwa: masalahnya adalah masalah umum, sudah diketahui penyebabnya, ada metode
perawatan, dsb.
Istilah komunikasi
berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama.5 Komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi.5 Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi kepentingan organisasi.5 Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi.5 Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpapers,
dansurat-suratresmi.5 Adapun komunikasi informal adalah komunikasi
yang disetujui secara sosial.5 Orientasinya bukan pada organisasi,
tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.5
Komunikasi efektif adalah
suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar
informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari
informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.6
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya
berlangsung secara bertahap. Ada 5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:6
1.
Membuat pendengar
mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada
mereka)
2.
Membuat pendengar
memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3.
Membuat pendengar
menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita
katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4.
Membuat pendengar
mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka
terima
5.
Memperoleh umpan balik
dari pendengar
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat
aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasiter sebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.7
Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif, yaitu:7
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa
dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana
komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan
informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi
harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan
bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono
Pratikno : 1987) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the
communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif,
harus dipenuhi beberapa syarat:8
a. menciptakan suasana komunikasi
yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap
dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan dapat
menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah kepentingan
komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan suatu
penghargaan bagi pihak komunikan
Yang bisa ditanyakan saat sambung rasa adalah pertanyaan
terbuka, pertanyaan tertutup dan juga kalmat-kalimatyang bisa menenangkan
pasien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat
ditanyakan:2
a.
Bagaimana pusing
tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
b.
Menurut Anda pusing
tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu, atau
bagaimana menurut Anda?
Sedangkan
pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:2
a.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit dahulu
b.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit keluarga
c.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman.
Sambung
rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan pembawa pesan
dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan atau kontak antara pihak
satu dengan pihak lain atau keberterimaan antara pihak satu dengan pihak yang
lain dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku.9
Memulai
sambung rasa secara non-verbal yaitu dengan mengucapkan salam (kontak mata, senyum),
memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata), mempersilakan duduk
(kontak mata), lalu menanyakan identitas pasien.9
Sambung
rasa sangat penting karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan
faktor “kepercayaan” (trust) yang
akan mempererat hubungan antara dokter dan pasien.9 Lagipula
hubungan antara dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship).9
Walaupun
secara tersirat di dalam kode etik kedokteran tidak tercantum etika
berkomunikasi, hanya saja dikatakan bahwa setiap dokter dituntut melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi atau menjalankannya
secara optimal.9
Akan
tetapi di dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
pasal 35 menyatakan bahwa kompetensi dalam praktik kedokteran antara lain dalam
hal kemampuan mewawancarai pasien.9
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan
sebagai isyarat pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat
dihindari dengan mengenal jenis-jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe
umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:10
1. Kontak Mata :
Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara
langsung antar orang saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang
dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan
memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu,
cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis kita. Sejak
kontak mata dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana kemampuannya
dalam melakukan komunikasi.
2.
Ekspresi wajah
Ekspresi
wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara
emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu
menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan.
Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan.
Ekspresi wajah juga dapat dilihat
ketika memandang seseorang yang dianggap sebagai orang yang polos/lugu atau
dianggap kejam/dingin.
3.
Gestures (Gerakan Tubuh)
Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada
gerakan tangan, bahu, jari-jari, dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan
anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan.
Ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh
dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan
berkomunikasi hanya dengan tangan saja.
Selain tiga
bentuk bahasa tubuh yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa jenis
bahasa tubuh lainnya, seperti sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan, suara,
dan gerak isyarat.
1. Sentuhan adalah bentuk komunikasi
personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat menunjukkan perhatian yang
sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati, dan
sebagainya.
2.
Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang.
3.
Suara seperti rintihan, menarik nafas
panjang, serta tangisan merupakan beberapa ungkapan perasaan dan pikiran
seseorang.
4. Gerak isyarat adalah yang dapat
mempertegas pembicaraan.
Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh,
memungkinkan seseorang mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan orang
lain. Komunikasi yang baik merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan
sosial yang baik pula.10
Dalam
sambung rasa dengan keluarga banyak respon yang akan ditunjukkan oleh keluarga
pasien. Salah satunya adalah respon yang biasa saja. Berikut adalah cara
sambung rasa dengan keluarga yang biasa saja:11
1. Mengawali Pertemuan
-
Ucapkan salam dan perkenalkan diri
-
Tanyakan identitas pasien dengan keluarga
-
Tunjukan sikap empati dan adanya sambung rasa dengan kondisi pasien
2. Mendengar aktif
-
Berkonsentrasi pada pembicaraan
-
Perlihatkan minat pada pembicaraan
-
Dorong keluarga pasien bicara mengungkapkan isi pikirannya
-
Tanyakan kejelasan, tinggalkan asosias dan opini
3. Menutup
pertemuan
-
Simpulkan kembali masalah pasien dan harapannya
Peristiwa yang berhubungan
dengan trauma adalah kecelakaan, bencana alam, kekerasan domestik,
penyalahgunaan seksual, luka-luka yang serius, penipuan kejahatan, dan kematian
seorang teman dekat atau anggota keluarga yang tak terduga.12
Gejala-gejala yang akan diderita oleh penderita trauma diantaranya adalah mimpi
buruk, kecemasan, rasa bersalah yang berlebihan, sulit tidur, rasa takut yang
berlebihan, kekhawatiran yang hebat, rasa dihantui dan mudah gelisah.12
Penanganan terhadap penderita trauma yang dapat dilakukan diantaranya adalah
dukungan sosial, pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian,
bantuan orang lain untuk mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi,
nasihat bagaimana cara untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut, dan
bantuan material seperti meminjamkan uang atau menyertai berkunjung ke biro
layanan sosial.12
KESIMPULAN
Menurut Kurzt(1998), dalam dunia kedokteran ada dua
pendekatan komunikasi yang digunakan
yaitu: Disease centered communication
style atau doctor centered communication
style dan Illness centered
communication style atau patient
centered communication style.
Cara berempati kepada pasien antara
lain: a. mendengarkan dengan baik apa yang di keluhkan oleh pasien, b.
menunjukkan raut muka yang tenang ketika pasien merasa khawatir ataupun cemas,
c. menunjukakan kontak mata yang baik, d. meyakinkan kepada pasien agar tetap
tenang, e. ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien, tetapi tidak
mebuatnya merasa lebih cemas.
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung
secara bertahap. Ada 5 (lima) sasaran
pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Membuat pendengar
mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada
mereka)
2. Membuat pendengar
memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3. Membuat pendengar
menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita
katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4. Membuat pendengar
mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka
terima
5. Memperoleh umpan
balik dari pendengar.
Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu: a. Kejelasan, b. Ketepatan,
c. Konteks, d. Alur, e. Budaya
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono
Pratikno : 1987) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering
disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi
dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat:
a. menciptakan suasana
komunikasi yang menguntungkan
b. menggunakan bahasa yang mudah
ditangkap dan dimengerti
c. pesan yang disampaikan
dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d. pesan dapat menggugah
kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e. pesan dapat menumbuhkan
suatu penghargaan bagi pihak komunikan
Yang bisa ditanyakan saat sambung rasa adalah pertanyaan
terbuka, pertanyaan tertutup dan juga kalmat-kalimatyang bisa menenangkan
pasien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat
ditanyakan:
a.
Bagaimana pusing
tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
b.
Menurut Anda pusing
tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu, atau
bagaimana menurut Anda?
Sedangkan
pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:
a.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit dahulu
b.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit keluarga
c.
Eksplorasi terhadap
riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman.
Memulai
sambung rasa secara non-verbal yaitu dengan mengucapkan salam (kontak mata, senyum),
memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata), mempersilakan duduk
(kontak mata), lalu menanyakan identitas pasien.
Sambung
rasa sangat penting karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan
faktor “kepercayaan” (trust) yang
akan mempererat hubungan antara dokter dan pasien. Lagipula hubungan antara
dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship).
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan
sebagai isyarat pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat
dihindari dengan mengenal jenis-jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe
umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:1. Kontak Mata,
2.
Ekspresi wajah, 3.
Gestures (Gerakan Tubuh)
Dalam sambung rasa dengan keluarga banyak
respon yang akan ditunjukkan oleh keluarga pasien. Salah satunya adalah respon
yang biasa saja. Berikut adalah cara sambung rasa dengan keluarga yang biasa
saja: 1. Mengawali Pertemuan, 2. Mendengar aktif, 3. Menutup pertemuan.
Peristiwa yang berhubungan dengan trauma
adalah kecelakaan, bencana alam, kekerasan domestik, penyalahgunaan seksual,
luka-luka yang serius, penipuan kejahatan, dan kematian seorang teman dekat
atau anggota keluarga yang tak terduga. Gejala-gejala yang akan diderita oleh
penderita trauma diantaranya adalah mimpi buruk, kecemasan, rasa bersalah yang
berlebihan, sulit tidur, rasa takut yang berlebihan, kekhawatiran yang hebat,
rasa dihantui dan mudah gelisah.
DAFTAR
PUSTAKA
1. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA.
2. Ali, M dan Poernomo, Ieda SS (ed.). 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
3.
Uripni,
Christina Lia; dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
4.
Hegner, Barbara R.; dkk. 2003. Asisten
Keperawatan: Suatu Proses Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5.
R. Wayne Pace dan Don F. Faules.2006. Komunikasi Organisasi strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
6. K. Bertens. 2003. Membahas Kasus Etika Kedokteran. Jakarta: Universitas Atma Jaya, Cetakan kedua, 2003.
7. Lestari G, Endangdan
Maliki, MA. 2003. Komunikasi yang Efektif.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
8.
Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja
Karya.
9.
Modul 2 Komunikasi dan Empati.
2010. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
10. Blake,
Reed H. Haroldsen, Edwin O. 2003. Taksonomi
Konsep Komunikasi. Surabaya: Papyrus.
11. Edi Poncorini Pamungkasari, Veronika Ika Budiastuti ,Imam Syafi’i, Bagus Wicaksono, Budiyanti Wiboworini. Makalah
Ketrampilan 1 Sambung Rasa.
Diunduh
dari
12. David
R. Strauser Daniel C. Lustig Pamela A. Cogdal Ayse Ciftci Uruk. 2006. Trauma Symptoms: Relationship With Career
Thoughts, Vocational Identity,and Developmental Work Personality, dalam The
Career Development Quarterly , The National Career Development Association.
US: Patent Office, ISSN 0889 – 4019, No. 4, Vol . 54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar