Sabtu, 28 September 2013

Komunikasi Efektif Seorang dokter kepada Pasien



LAPORAN TUTORIAL
BLOK HUMANIORA DAN BIOETIK
Aduh Dok... tolong saya...







Ketua            : Bayu Aji Wicaksono (1313010033)
Sekretaris      : Fadhila Putri Palupi              (1313010029)
                       Rosela Alfi Sahara                (1313010040)
Anggota       : Destry Auliza Herdiyanti      (1313010032)
                       Nur Azizah Hafaz                 (1313010038)
                       Riska Siela Setiawan (1313010041)
                       Almira Meida Resi Fauzia    (1313010039)
                       Abel Oktano Bimantara        (1313010035)
                       Dino Hendarto                      (1313010036)
                       Rohedy Kartiko Junianto      (1313010034)
Tutor : dr. Rickky Kurniawan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
2013


SKENARIO
Aduh… Tolong saya Dok…

Seorang laki-laki usia 26 tahun datang ke tempat praktek sore dokter umum. Dengan wajah cema dan sedikit uggup, berterik-teriak, menyeringai sambil mengaduh kesakitan, raut muka pucat, dan meminta dokter memeriksa penyakitnya, laki-laki ini kesakitan karena kecelakaan lalu lintas. Dokter menanyakan kepada keluarga yang mengantarnya, membuka pertanyaan terbuka dan berkomunikasi secara efektif dengan bersambung rasa kepada keluarga pasien serta pasien, dan mencoba berempati agar pasien ini tenag dan tidak cemas serta emosinya bisa lebih tenang setelah diperisa.


SEVEN JUMP

Step 1 : Klarifikasi Istilah
1.      Menyeringai
2.      Empati
3.      Raut muka pucat
4.      Dokter umum
5.      Efektif
6.      Sambung rasa
7.      Komunikasi
Klarifikasi Istilah:
1.      Menyeringai adalah menggerkkan bibir (mulut), muka hingga tampak giginya (menandakan marah, tidak suka, mengejek) menunjukkan rasa tidak suka.1
2.      Empati adalah keadan mental yang membuat seseorang merasa atau megidentifiksi dirinya dikeadaan perasaan atau piiran yang sama dengan orang atau kelompok yang lain.1
3.      Raut muka pucat tampang muka agak putih, putih mudar.1
4.      Dokter umum adalah dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu (bukan spesalis).1
5.      Efektif adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya).1
6.      Sambung rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan yang disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan, kontak batin (antara pihak yang satu dengan pihak yang lain).1
7.      Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita atau pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.1


Step 2 : Identifikasi Masalah
1.      Apa saja macam-macam komunikasi efektif?
2.      Bagaimana cara berempati kepada pasien?
3.      Bagaimana bahasa tubuh kita seorang dokter saat menangani pasien dan keluarga?
4.      Bagaimana cara berkomunikasi efektif?
5.      Dalam sambung rasa apa saja yang harus ditanyakan kepada pasien?
6.      Bagaimana caranya teknik-teknik sambung rasa dan langkah-langkahnya?
7.      Bagaimana mengerti bahasa tubuh pasien?
8.      Bagaimana teknik sambung rasa pada keluarga yang biasa saja?
9.      Apa saja gejala-gejala trauma?
Step 3 : Analisis Masalah
1.      Komunikasi efektif ada dua macam, yang pertama berdasarkan pada pertanyaan dokter dan yang kedua berdasarkan pada keluhan-keluhan yang diutarakan pasien.2
2.      Cara berempati kepada pasien:3,4
a. mendengarkan dengan baik apa yang di keluhkan oleh pasien
b. menunjukkan raut muka yang tenang ketika pasien merasa khawatir ataupun cemas
c. mnunjukakan kontak mata yang baik
d. meyakinkan kepada pasien agar tetap tenang
d. ikut merasakan apa yang dirasakan oleh paien, tetapi tidak ,ebuatnya merasa lebih cemas
3.      Seorang dokter harus sabar, ramah, mengharagai pasien dan tidak boleh main tangan.5,6
4.      Cara berkomunikasi efektif antara lain:7,8
a.       Berikan senyum terbaik anda kepada pasien untuk menyampaikan rasa terbuka kita
b.      Berlaku tenang dan sabar saat menangani pasien
c.       Kenali bahasa tubuh dan perasaan pasien
d.      Dengarkan dengan penuh perhatian semua yang dikatakan pasien
e.       Beri pasien kontak mata agar memberikan kesan kita dipercaya
f.       Hindari semua penyimpangan komunikasi dengan kata-kata yang menyinggung pasien
g.      Beri motivasi karena pasien mungkin ingin mendengarkan beberapa saran dari kita
5.      Yang pertama ditanyakan kepada pasien untuk mengawali sambung rasa adalah apa yang bisa kita (dokter) bantu, lalu menanyakan lebih detail tentang jawaban yang baru saja dikemukakan pasien dan memberikan kalimat-kalimat yang bisa menenangkan pasien.2
6.      Teknik-teknik dan langkah-langkah awal sambung rasa:9
a.       Mengucapkan salam (kontak mata, senyum),
b.      Memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata),
c.       Mempersilakan duduk (kontak mata),
d.      Menanyakan identitas pasien.
7.      Seorang dokter dapat memahami bahasa tubuh pasien dengan melihat hal-hal yang perlu di perhatikan berikut, seperti bagian-bagian tubuh seperti kepala dan wajah serta bagian-bagiannya dan tubuh bagian bawah dan anggotanya seperti tangan dan kaki, perubahan mimik atau ekspresi wajahnya, gerakan tangan dan kaki, arah dan posisi tubuh. Contohnya seperti menyeringai dengan ekspresinya yang menggerakan bir hingga kelihatan giginya.10
8.      Lakukan pendekatan dengan pihak keluarga pasien yang biasa.Dengan berlaku empatik,dokter bisa membina keterbukaan dengan keluarga pasien.Keluarga pasien diharapkan juga ikut prihatin dan ada sambung rasa dengan pasien,sehingga dokter termotivasi untuk bertindak optimal dalam melakukan penyembuhan.Dengan adanya komunikasi,empatik,keterbukaan,serta sambung rasa,pasien lebih termotivasi terus hidup sehingga akan berdampak positif terhadap proses kesembuhan pasien.11
9.      Gejala-gejala yang akan diderita oleh penderita trauma diantaranya adalah rasa cemas, mimpi buruk, kekhawatiran yang hebat, rasa takut yang berlebihan, rasa dihantui dan mudah gelisah.12





Step 4 : Sistematika Masalah (Bagan)
Step 5 : Tujuan Pembelajaran
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam komunikasi efektif.
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan cara berempati kepada pasien.
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa tubuh kita seorang dokter saat menangani pasien dan keluarga.
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan cara berkomunikasi efektif.
5.      Mahasiswa mampu menjelaskan apa saja yang harus ditanyakan kepada pasien dalam sambung rasa.
6.      Mahasiswa mampu menjelaskan teknik-teknik sambung rasa dan langkah-langkahnya.
7.      Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa tubuh pasien.
8.      Mahasiswa mampu menjelaskan teknik sambung rasa pada keluarga yang biasa saja.
9.      Mahasiswa mampu menjelaskan gejala-gejala trauma.

Step 6 : Mengumpulkan Informasi dan Belajar Mandiri

Step 7 : Berbagi Informasi
Menurut Kurzt(1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang  digunakan:2
a.       Disease centered communication style atau doctor  centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
b.      Illness centered communication style atau patient  centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya.
Empati adalah seseorang menempatkan dirinya secara imajinatif pada posisi orang lain.3 Secara lebib luas, empati juga bisa diartikan sebagai upaya dan kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan, perilaku, tanpa mencampur-baurkan nilai. Menunjukkan empati tidak hanya lewat komunikasi verbal, namun juga dapat ditampilkan dalam non verbal (seperti: genggaman tangan, mimik muka simpatik, dsb). Cara menunjukkan empati dapat ditunjukkan dengan beberapa keterampilan, diantaranya: yang pertama, keterampilan empati. Berempati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut kepada pasien, tetapi juga dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan seperti berikut ini: mendengarkan aktif, responsif terhadap kebutuhan pasien, responsif terhadap kepentingan pasien, adanya usaha untuk memberikan pertolongan pada pasien, dan dimulai dari diri sendiri. Yang kedua, mendengar aktif. Mendengar aktif bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakuan. Meskipun demikian, mendengar aktif dapat dipelajari karena pendengar yang baik dan aktif tidak terlahir begitu saja melainkan dibentuk memlalui proses yang tidak mudah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efisiensi mendengar rata-rata pada budaya ini hanya sekitar 25 persen saja, itu artinya walaupun kita mendengar semua kata yang diucapkan, tetapi sebenarnya kita tidak memproses semua kata-kata itu.4 Seorang dokter harus mampu mendengar aktif dengan tujuan untuk mengetahui pemikiran, perasaan, dan keinginan yang ingin disampaikan oleh pasien. Dalam mendengar aktif, dokter tidak hanya memperhatikan komunikasi verbal yang disampaikan tapi juga turut mengamati aspek-aspek non verbal yang mungkin ditunjukan oleh pasien. Manfaat empati diantaranya: menyokong atau meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual, menolong pasien untuk menjadi kuat, menolong pasien untuk mandiri, menolong pasien untuk melihat realitas , menolong pasien untuk mendapatkan kepastian bahwa: masalahnya adalah masalah umum, sudah diketahui penyebabnya, ada metode perawatan, dsb.
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama.5 Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.5 Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi.5 Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.5 Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpapers, dansurat-suratresmi.5 Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.5 Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.5
Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.6
            Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Ada  5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:6
1.        Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)
2.        Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3.        Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4.        Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima
5.        Memperoleh umpan balik dari pendengar
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasiter sebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.7 Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:7
a. Kejelasan
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat:8
a.  menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b.  menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c.  pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d.  pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e.  pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan
Yang bisa ditanyakan saat sambung rasa adalah pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup dan juga kalmat-kalimatyang bisa menenangkan pasien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:2
a.       Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
b.      Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu, atau bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:2
a.       Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
b.      Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
c.       Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman. 
Sambung rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan atau kontak antara pihak satu dengan pihak lain atau keberterimaan antara pihak satu dengan pihak yang lain dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku.9
Memulai sambung rasa secara non-verbal yaitu dengan mengucapkan salam (kontak mata, senyum), memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata), mempersilakan duduk (kontak mata), lalu menanyakan identitas pasien.9
Sambung rasa sangat penting karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan faktor “kepercayaan” (trust) yang akan mempererat hubungan antara dokter dan pasien.9 Lagipula hubungan antara dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship).9
Walaupun secara tersirat di dalam kode etik kedokteran tidak tercantum etika berkomunikasi, hanya saja dikatakan bahwa setiap dokter dituntut melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi atau menjalankannya secara optimal.9
Akan tetapi di dalam Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 35 menyatakan bahwa kompetensi dalam praktik kedokteran antara lain dalam hal kemampuan mewawancarai pasien.9

Description: G:\foto tutorial\Snapshot.jpg
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan sebagai isyarat pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat dihindari dengan mengenal jenis-jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:10
1.      Kontak Mata :
Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan kepada orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis kita. Sejak kontak mata dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana kemampuannya dalam melakukan komunikasi.
2.      Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan.
Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang dianggap sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin.

3.      Gestures (Gerakan Tubuh)
Gestures merupakan bentuk perilaku non-verbal pada gerakan tangan, bahu, jari-jari, dan kaki. Seseorang sering menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Ternyata manusia mempunyai banyak cara yang bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan angota tubuhnya ketika sedang berbicara. Orang yang cacat bahkan berkomunikasi hanya dengan tangan saja.
Selain tiga bentuk bahasa tubuh yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa jenis bahasa tubuh lainnya, seperti sentuhan, postur tubuh dan gaya berjalan, suara, dan gerak isyarat.
1.      Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal yang bersifat spontan. Sentuhan dapat menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau ­­­­­­simpati, dan sebagainya.
2.      Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatan seseorang.
3.      Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
4.      Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan.
Dengan mengetahui bentuk dan jenis bahasa tubuh, memungkinkan seseorang mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik merupakan awal dari terciptanya suatu hubungan sosial yang baik pula.10
            Dalam sambung rasa dengan keluarga banyak respon yang akan ditunjukkan oleh keluarga pasien. Salah satunya adalah respon yang biasa saja. Berikut adalah cara sambung rasa dengan keluarga yang biasa saja:11
1.      Mengawali Pertemuan
-            Ucapkan salam dan perkenalkan diri
-            Tanyakan identitas pasien dengan keluarga
-            Tunjukan sikap empati dan adanya sambung rasa dengan kondisi pasien

2.      Mendengar aktif
-            Berkonsentrasi pada pembicaraan
-            Perlihatkan minat pada pembicaraan
-            Dorong keluarga pasien bicara mengungkapkan isi pikirannya
-            Tanyakan kejelasan, tinggalkan asosias dan opini
3.      Menutup pertemuan
-            Simpulkan kembali masalah pasien dan harapannya
-            Minta persetujuan keluarga pasien dalam melakukan suatu hal.
                   Peristiwa yang berhubungan dengan trauma adalah kecelakaan, bencana alam, kekerasan domestik, penyalahgunaan seksual, luka-luka yang serius, penipuan kejahatan, dan kematian seorang teman dekat atau anggota keluarga yang tak terduga.12 Gejala-gejala yang akan diderita oleh penderita trauma diantaranya adalah mimpi buruk, kecemasan, rasa bersalah yang berlebihan, sulit tidur, rasa takut yang berlebihan, kekhawatiran yang hebat, rasa dihantui dan mudah gelisah.12 Penanganan terhadap penderita trauma yang dapat dilakukan diantaranya adalah dukungan sosial, pemberian curahan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian, bantuan orang lain untuk mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi, nasihat bagaimana cara untuk mengatasi atau memecahkan masalah tersebut, dan bantuan material seperti meminjamkan uang atau menyertai berkunjung ke biro layanan sosial.12


KESIMPULAN
Menurut Kurzt(1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang  digunakan yaitu: Disease centered communication style atau doctor  centered communication style dan Illness centered communication style atau patient  centered communication style.
            Cara berempati kepada pasien antara lain: a. mendengarkan dengan baik apa yang di keluhkan oleh pasien, b. menunjukkan raut muka yang tenang ketika pasien merasa khawatir ataupun cemas, c. menunjukakan kontak mata yang baik, d. meyakinkan kepada pasien agar tetap tenang, e. ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pasien, tetapi tidak mebuatnya merasa lebih cemas.
            Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Ada  5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:
1.      Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)
2.      Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3.      Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4.      Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima
5.      Memperoleh umpan balik dari pendengar.
Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu: a. Kejelasan, b. Ketepatan, c. Konteks, d. Alur, e. Budaya
Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat:
a.  menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b.  menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c.  pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
d.  pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
e.  pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan
Yang bisa ditanyakan saat sambung rasa adalah pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup dan juga kalmat-kalimatyang bisa menenangkan pasien. Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:
a.       Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
b.      Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat tertentu, atau bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi:
a.       Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
b.      Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
c.       Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman.
Memulai sambung rasa secara non-verbal yaitu dengan mengucapkan salam (kontak mata, senyum), memperkenalkan diri (nama, jabat tangan, kontak mata), mempersilakan duduk (kontak mata), lalu menanyakan identitas pasien.
Sambung rasa sangat penting karena di dalam proses komunikasi tersebut akan ditimbulkan faktor “kepercayaan” (trust) yang akan mempererat hubungan antara dokter dan pasien. Lagipula hubungan antara dokter-pasien adalah berdasarkan kepercayaan (fiduciary relationship).
Dalam penggunaannya, bahasa tubuh seringkali digunakan sebagai isyarat pesan palsu untuk tujuan tertentu. Hal ini dapat dihindari dengan mengenal jenis-jenis bahasa tubuh yang ada. Bentuk dan tipe umum dari bahasa tubuh menurut Beliak dan Baker (1981) ada tiga, yaitu:1. Kontak Mata, 2. Ekspresi wajah, 3. Gestures (Gerakan Tubuh)
Dalam sambung rasa dengan keluarga banyak respon yang akan ditunjukkan oleh keluarga pasien. Salah satunya adalah respon yang biasa saja. Berikut adalah cara sambung rasa dengan keluarga yang biasa saja: 1. Mengawali Pertemuan, 2. Mendengar aktif, 3. Menutup pertemuan.
Peristiwa yang berhubungan dengan trauma adalah kecelakaan, bencana alam, kekerasan domestik, penyalahgunaan seksual, luka-luka yang serius, penipuan kejahatan, dan kematian seorang teman dekat atau anggota keluarga yang tak terduga. Gejala-gejala yang akan diderita oleh penderita trauma diantaranya adalah mimpi buruk, kecemasan, rasa bersalah yang berlebihan, sulit tidur, rasa takut yang berlebihan, kekhawatiran yang hebat, rasa dihantui dan mudah gelisah.



DAFTAR PUSTAKA

1.      KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA.
2.      Ali, M dan Poernomo, Ieda SS (ed.). 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
3.      Uripni, Christina Lia; dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4.      Hegner, Barbara R.; dkk. 2003. Asisten Keperawatan: Suatu Proses Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.      R. Wayne Pace dan Don F. Faules.2006. Komunikasi Organisasi strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
6.      K. Bertens. 2003. Membahas Kasus Etika Kedokteran. Jakarta: Universitas Atma Jaya, Cetakan kedua, 2003.
7.      Lestari G, Endangdan Maliki, MA. 2003. Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
8.      Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
9.      Modul 2 Komunikasi dan Empati. 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung.
10.  Blake, Reed H. Haroldsen, Edwin O. 2003. Taksonomi Konsep Komunikasi. Surabaya: Papyrus.
11.  Edi Poncorini Pamungkasari, Veronika Ika Budiastuti ,Imam Syafi’i, Bagus Wicaksono, Budiyanti Wiboworini. Makalah Ketrampilan 1 Sambung Rasa.
Diunduh dari
12.  David R. Strauser Daniel C. Lustig Pamela A. Cogdal Ayse Ciftci Uruk. 2006. Trauma Symptoms: Relationship With Career Thoughts, Vocational Identity,and Developmental Work Personality, dalam The Career Development Quarterly , The National Career Development Association. US: Patent Office, ISSN 0889 – 4019, No. 4, Vol . 54.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar